بسم الله الرحمن الرحيم
Sahabat Guru, sharing kali ini admin angkat sebuah tema bagaimana menjadi guru yang merdeka, akan tetapi sebelum sahabat guru melanjutkan membaca admin sarankan agar tidak salah persepsi dalam menyimpulkan artikel ini karena ini hanya sebagai opini dari seseorang saja yang apabila itu sependapat dengan opini ini artinya Anda sependapat, jika tidak mohon dimaklumi perbedaan pandangan. Berikut artikel lengkapnya.
Guru di Indonesia dinilai terlalu terpaku pada kurikulum. Hal ini dikatakan Ketua Dewan Pengawas Federasi Serikat Guru Indonesia ( FSGI) Retno Listyarti. "Guru kita itu patuh betul sama kurikulum. Padahal kurikulum itu kayak menu makan siang yang bisa kita pilih,"
Ia menjelaskan, materi pelajaran dalam kurikulum banyak yang ia sebut sebagai "sampah" sehingga hanya menjadi beban bagi murid. Banyaknya bahan yang harus dipelajari menyebabkan beban siswa semakin berat dan mengakibatkan stres.
Apakah Gaji Guru Pengaruhi Kualitas Pendidikan?
Hasil Akreditasi Menunjukkan Kualitas Guru di Bawah Rata-rata "Artinya kurikulum kita ini sebenarnya sarat beban. Bahkan banyak pengetahuan sampah yang tidak perlu di dalam kurikulum kita, sehingga kasihan anak kita dididik dengan cara seperti itu," kata Retno. Ia berpesan agar para guru menjadi lebih merdeka dan kreatif.
Menurut pandangannya, seorang guru seharusnya dapat memilah-milah bahan mana yang perlu didalami dan mana yang perlu untuk diketahui tanpa perlu didalami. "Jadilah guru yang merdeka, jadilah guru yang memilih poin mana yang perlu tahu atau cukup tau dengan membaca, yang tidak perlu didalami. Seharusnya guru itu kreatif kurikulum," ujar Retno.
Selain itu, seiring dengan revolusi industri 4.0, diharapkan pola pikir para guru juga ikut berevolusi. Seorang guru seharusnya tetap dapat mengajar dengan baik dan menjadi pengajar yang berkualitas. Retno berpendapat, meski menteri berganti, kurikulum berganti, hingga jika tidak ada kurikulum sekalipun guru tetap bisa mendidik.
Untuk mewujudkannya, FSGI mendorong diadakannya pelatihan yang berkualitas bagi para pengajar. "Kami mendorong pelatihan, tapi dipetakan dulu, jangan asal menghabiskan uang proyek, tapi bagaimana guru-guru diberi pelatihan yang berkualitas, sistematis," tegasnya.
Mari kita instropeksi diri sebagai guru dalam menyampaikan proses pembelajaran selama ini, apakah hanya menyesuaikan kondisi yang ada di kurikulum, ataukah berani mengambil langkah untuk menggali informasi di berbagai bidang sebagai tantangan dalam mengembangkan professional seorang pendidik demi masa depan anak bangsa ?
Dalam prosesnya, penerapan kemampuan berinovasi, menurut Kuratko (1995) ada empat jenis inovasi:
- Penemuan ( Invensi), yakni produk atau proses yang benar-benar baru;
- Pengembangan (Eksistensi), yakni pemanfaatan atau penerapan yang ada dari konsep yang sudah ada;
- Penggandaan (Duplikasi), yakni refleksi kreatif atau konsep yang telah ada; dan
- Sintesis, yakni kombinasi atas yang telah ada di dalam penggunaan atau formulasi baru.
Demikian semoga manfaat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar